Saturday, April 20, 2013

Masa Kerajaan Majapahit


Kali ini saya akan membahas tentang kerajaan Majapahit, mengapa saya membahas tentang kerjaan Majapahit? Karena pada masa kerajaan Majapahit terdapat toleransi agama, tidak peduli apabila berbeda agama, yang pasti tetap bersatu tanpa membeda bedakan. Inilah yang saya sukai dari kerajaan majapahit.
 Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasannya pada pemerintahan Hayam Wuruk dengan Mahapahit Gajah Mada yang dibantu oleh laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari semenanjung melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.
            Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam suatu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negakertagama (1365). Dalam kitab tersebut telat terdapat istilah “Pancasila”. Empu Tantular mengarang buku sutasoma, dan di dalam buku itulah kita jumpai seloka persatuan nasional yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”, yang bunyi lengkapnya “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”. Artinya walaupun berbeda, namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha. Bahkan salah satu bawahan kekuasaannya yaitu Pasai justru telah memeluk agama Islam. Toleransi positif dalam bidang agama dijunjung tinggi sejak masa bahari yang telah silam.
            Sumpah palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam siding Ratu dan Menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut: ‘saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan Negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan.
            Selain itu hubungannya dengan Negara lain raja Hayam Wuruk senantiasa mengadakan hubungan bertetangga dengan baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa, dan Kamboja. Menurut Prasasti Brumbung (1329), dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat seperti Rakryan I Hino, I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.
            Majapahit menjulan dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan benyak meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme Negara kebangsaan Indonesia 17 Agustus 1945. Kemudian, kemudian disebabkan oleh factor keadaan dalam negeri sendiri seperti perselisihan dan perang saudara pada permulaan abad XV, maka sinar kejayaan Majapahit berangsur-angsur mulai memudar dan akhirnya mengalami keruntuhan dengan “Sinar Hilang Kertaning Bumi” pada permulaan XVI (1520)

Sumber;
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

No comments:

Post a Comment