Friday, November 13, 2015

SIstem Informasi Psikologi Tugas 2

1.      Definisi CBIS
Menurut Bohari (2005), CBIS adalah sistem maklumat yang bersifat keorganisasian dan formal. Sistem formal bermaksud sistem yang bergantung kepada penerimaan data dan definisi data yang tetap.
Kemudian menurut Hall (2007), CBIS adalah akses yang tidak sah untuk mendapatkan keuntungan keuangan atau tujuan lainnya yang bersifat ilegal.
Sedangkan menurut Laudon dan Laudon (2008), CBIS adalah sistem informasi berbasis komputer untuk pemrosesan dan penyebaran informasi yang mengandalkan peranti keras dan lunak komputer.

2.      Definisi SIA
Menurut Umar (2005), SIA adalah aplikasi yang menggunakan komputer hanya bersifat pengolahan data perusahaan secara sederhana, di mana informasi untuk manajemen masih merupakan produk sampingan.
Kemudian menurut Gaol (2008), SIA adalah aplikasi yang terjadi dengan sederhana pada sebuah perusahaan. Saat tindakan berlangsung dan transaksi terjadi, data dimasukkan ke dalam basis data.
Lalu menurut Sarosa, SIA adalah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, memproses data sehingga menghasilkan informasi yag berguna dalam membuat keputusan

3.      Definisi SIM
Menurut Umar (2005), SIM adalah konsep yang menghendaki bahwa aplikasi komputer mempunyai tujuan utama untuk menyajikan informasi manajemen. SIM merupakan suatu sumber daya organisasi yang menyediakan informasi pemecahan masalah bagi sekelompok manajer secara umum yang mewakili suatu unit organisasi seperti suatu tingkat manajemen atau suatu area fungsional.
Kemudian menurut Gaol (2008), SIM adalah aplikasi yang bertanggungjawab dalam menyediakan informasi untuk seluruh manajer perusahaan dalam bentuk laporan berkala, laporan khusus, dan keluaran bentuk matematika.
Selain itu, menurut Gaol (2008), SIM adalah sistem yang berbasis komputer dan dapat digunakan sebagai sistem pendukung krputusan, sistem ahli, atau aplikasi otomatisasi perkantoran, dan dapat memberikan dukungan untuk pemisahan keputusan.

4.      Definisi SPK
Menurut Gaol (2008), SPK adalah para manajer dapat membuat keluaran (output) untuk masalah khusus yang berkenaan dengan kualitas.
Kemudian menurut Nofriansyah (2014), SPK sistem yang dibangun solusi atas suatu masalah atau untuk suatu peluang.
Lalu menurut Bonzeck dkk (dalam Nufriansyah, 2014), SPK adalah sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi, sistem bahasa, sistem pengetahuan, dan sistem pemrosesan masalah.

5.      Definisi OA
Menurut Umar (2005), OA adalah aplikasi yang memudahkan komunikasi dan meningkatkan produktivitas di antara manajer dan pekerja kantor melalui penggunaan alat-alat elektronik, seperti modem, fax, word processing, e-mail, dan desktop publishing.

6.      Definisi SPakar
Menurut Kusrini (2008), SPakar adalah aplikasi berbasis komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikiran oleh pakar. Pakar yang dimaksud di sini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam.
Kemudian menurut Kusrini (2006), SPakar adalah sistem yang dibuat pada wilayah pengetahuan tertentu untuk suatu kepakaran tertentu yang mendekati kemampuan manusia di suatu bidang. Sistem pakar mencoba mencari solusi yang memuaskan sebagaimana yang dilakukan seorang pakar.

Komponen Elemen Sistem

Contoh sistem yang berhubungan dengan ilmu psikologi adalah tes psikologi yang menggunakan komputer yaitu antara lain, papikostick. Di dalam mengaplikasikan tes psikologi ini, akan melewati beberapa tahap:
Pertama, input. Input dalam tes ini adalah soal soal yang diberikan kepada testee.
Kedua, proses. Proses dalam tes ini adalah ketika testee mengisi seluruh soal yang ada.
Ketiga, output. Output dalam tes ini adalah hasil dari test papikostick tersebut.
Keempat, tujuan. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur aspek-aspek psikologis dan untuk mengevaluasi perilaku dan gaya kerja individu di tempat kerja.


Daftar Pustaka
Bohari, A. M. (2005). Information technology. Jakarta: IBS
Hall, J. A. (2007). Sistem informasi akuntansi. Jakarta: Salemba
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2008). Sistem informasi manajemen. Jakarta: Salemba
Gaol, C. J. (2008). Sistem informasi manajemen. Jakarta: Grasindo.
Sarosa, S. (tidak dilampirkan). Sistem informasi akuntansi. Jakarta: Grasindo.
Nofriansyah, D. (2014). Konsep data mining vs sistem pendukung keputusan. Yogyakarta: Deepublish.
Kusrini. (2008). Aplikasi sistem pakar. Yogyakarta: Andi Offset.
Kusrini. (2006). Sistem pakar teori dan aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.


Tuesday, October 13, 2015

Sistem Informasi Psikologi Tugas 1

Pengertian Sistem
Menurut Fat (dalam Hutahean, 2012) sistem adalah suatu himpunan suatu “benda” nyata atau abstrak yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan, berhubungan, berketergantungan, saling mendukung, yaitu secara keseluruhan bersatu dalam kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif.
Kemudian menurut Indrajit (dalam Hutahean, 2012) sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Sedangkan menurut Gerald (dalam Hutahean, 2012) sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.

Pengertian Informasi
Menurut Davis (dalam Hutahean, 2012) informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Kemudian menurut Laudon (dalam Gaol, 2008) informasi adalah data yang sudah dibentuk ke dalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia.
Sedangkan menurut Moeliono (dalam Gaol, 2008) informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan, kabar, atau berita, informasi juga adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian analisis atau kesimpulan.

Pengertian Psikologi
Menurut Wade dan Tavris (2009) psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta bagaimana sehingga bagaimana perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal.
Kemudian menurut Syah (dalam Muhibbinsyah, 2001) psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Sedangkan menurut Wundt (dalamm Basuki, 2008) psikologi adalah ilmu tentang kesadaran manusia. Dari batasan ini dapat dikemukakan bahwa dalam psikologi, keadaan jiwa direfleksikan dalam kesadaran manusia. Unsur kesadaran merupakan hal yang dipelajari dalam psikologi.

Dari beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi psikologi adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang didapat dari data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting mengenai perilaku dan berbagai proses mental.


Daftar Pustaka :
Basuki. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Gaol. (2008). Sistem informasi manajemen pemahaman dan aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Hutahean. (2012). Sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish
Muhibbinsyah. (2001). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wade dan Travis. (2009). Psikologi edisi ke 9. Jakarta: Erlangga


Monday, June 8, 2015

Rational Emotive Therapy

Rational Emotive Therapy
Rational Emotive Therapy atau Teraapi Emotif Rasional adalah suatu bentuk terapi kognitif yang dikembangkan oleh Albert Ellis, dirancang untuk menentang pikiran yang tidak realistis dari klien.
Rational Emotive Therapy sering disebut pendekatan konseling ABCDE
1. Konsep utama
      Berdasar atas filosofi bahwa ”apa yang menganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap persitiwa-peristiwa tersebut”.
      Percaya bahwa setiap manusia mempunyai pilihan, mampu mengontrol ide2nya, sikap, perasaan, dan tindakan2nya serta mampu menyusun kehidupannya menurut kehendak atau pilihannya sendiri.
      Didasari asumsi bahwa manusia itu dilahirkan dengan potensi rasional dan juga irasional.
      Karakteristik utama RET: aktif-direktif
2. Tujuan konseling
      Membantu klien memahami kepercayaan irasionalnya, dengan mendebat, melepaskan atau mengusirnya, dan selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif dan rasional.
3. Fungsi Konselor
      Fungsi utama konselor: menyerang, membantah, mengkonfrontasikan, atau membongkar keyakinan irrasional klien dalam rangka menunjukkan betapa tidak rasionalnya cara berpikir klien. Konselor membantu menggantinya dengan cara berpikir dalam perspektif baru yang lebih baik, positif, dan rasional, selanjutnya menguatkan dan meyakinkan akan keberhasilannya serta mendorong untuk mengimplementasikan dan meaktualisasikannya dalam kehidupan nyata.
4. Peran dan Teknik Konseling
    Klien diharapkan sepenuhnya dapat mencapai tiga pemahaman :
(1)   Peristiwa-peristiwa sebelumnya yang menyebabkan perilakunya neurotik,
(2)   Alasan-alasan yang menjadikannya ia mempertahankan ketidakbahagiannya dan mengulanginya,
(3)   Klien dapat mengalahkan gangguan emosinya dengan secara konsisten mengobservasi, menanyakan, dan menemukan sistem keyakinan dirinya.


CONTOH KASUS
Seorang sepasang kekasih bertengkar karena pihak wanita menemukan bahwa kekasihnya sedang berjalan dengan wanita lain, yang tidak lain adalah selingkuhannya. Setelah sepasang kekasih ini berdebat, bertengkar, maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang telah mereka jalani. Tetapi tidak cukup sampai di sana saja, pihak wanita merasa sakit hati karena telah dikhianati oleh mantan kekasihnya tersebut. Setelah kejadian ini, wanita tersebut tidak ingin menjalani hubungan dengan lawan jenis, baik hanya untuk berteman maupun untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, ia merasa tidak nyaman dan cemas apabila berdekatan dengan lelaki dan ia tidak ingin berbicara sedikitpun dengan lawan jenisnya, kecuali dengan keluarganya. Wanita tersebut juga memutuskan untuk tidak menikah, karena wanita tersebut menganggap semua lelaki sama saja, semua lelaki akan menyakitinya. Orangtua wanita tersebut telah mencoba mengenalkan ia dengan lelaki, tetapi ia berontak dan malah marah besar.
Akhirnya orangtua wanita tersebut membawa wanita tersebut ke konselor, meskipun awalnya wanita tersebut menolak, tetapi setelah dibujuk ia memenuhi keinginan orangtuanya.
Konselor pun membantu wanita tersebut dengan cara membahas bahwa fikiran klien tentang semua lelaki sama saja itu tidak irasional, maka konselor mencoba untuk membuka pikiran wanita tersebut agar lebih berpikir rasional, bahwa tidak semua lelaki sama saja, dan konselor pun membantu memotivasi klien untuk mengimplementasikan dan meaktualisasikannya dalam kehidupan nyata.



Sunday, April 12, 2015

Tugas Psikoterapi (3E)

1. Konsep dasar pandangan Berne tentang perilaku
Metode analisis transaksional muncul sekitar tahun 1950-an, dari pengakuan seorang pasien. Analisis transaksional (suatu istilah yang digunakan untuk seluruh sistem terapi Berne dan suatu tahap analisis psikoterapeutik) mulai menganalisis pasien menurut tahap-tahap ini: (1) analisis struktural, (2) analisis transaksional yang pantas, (3) analisis permainan, (4) analisis tulisan, dan (5) kontrol sosial.
2. Unsur-unsur terapi
Pendekatan terapi analisis transaksional adalah untuk mendorong orang menjadi otonom. Menekankan pada stpontanitas, kedekatan langsung dengan orang lain dan meningkatkan kesadaran akan kenyataan. Tujuan Berne ialah untuk mensistesiskan gagasan-gagasannya, dengan menggunakan istilah-istilah yang dapat dipahami, sehingga klien dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengorganisasikan arah penanganannya sendiri. Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu endekatan yang mengaitkan internal (intrapsikis) dengan interpersonal dan relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
3. Teknik-teknik terapi
Pasien mulai dengan tahap analisis struktural, sadar akan tahap ego yang menyusun dan menemukan fenomenologi kepribadian. Ketiga tahap ego antara lain: (1) orangtua: tahap menyerupai figure orangtua, (2) dewasa: masa kematangan di mana seseorang menghadapi dan menghargai otonomi realitas, atau menghadapi dunia apa adanya, (3) anak: masa menyerupai seorang anak, atau masa di mana muncul perilaku kekanakan, atau tindakan arkais. Tahap analisis transaksional cocok digunakan dalam pertemuan sosial yang disebut transaksional, yaitu pertemuan dua atau lebih individu. Orang pertama menciptakan stimulasi transaksional; orang kedua (yang menjawab) menghasilkan suatu respons transaksional. Transaksi menjadi saling melengkapi ketika responden bereaksi sesuai dengan yang diharapkan, yang berarti juga membiarkan hubungan sosial berjalan lancer. Sebaliknya, ia bisa menjadi transaksi menyilang atau penganggu komunikasi seperti transaksi-transaksi yang menyebabkan keterpisahan/perceriaian.

Sumber:
Smith, Linda., Raeper, William. (2000). Ide-ide filsafat dan agama, dulu dan sekarang. Yogyakarta: Kanisius.
Nalsaban, Ladidlaus. Para psikolog terkemuka dunia: riwayat hidup, pokok pikiran, dan karya. Jakarta: Grasindo
R, Albert., J Gilbert. (2008). Buku pintar pekerja sosial. Jakarta: Gunung Mulia

Tugas Psikoterapi (3D)

1. Konsep dasar pandangan Frankl tentang perilaku/kepribadian
Viktor Frankl mengembangkan Logoterapi yaitu: corak psikologi yang dilandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi kerohaniandi samping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan. Logoterapi beranggapan bahwa makna hidup dan hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna. Logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainnya erat berhubungan dan saling menunjang, yaitu kebebasan berkehendak, kehendak hidup bermakna, dan makna hidup.
a. Kebebasan berkehendak
Dalam pandangan logoterapi, manusia adalah makhluk istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan di sini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggung hawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari kondisi-kondisi biologis, psikologis, dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap atas kondisi-kondisi tersebut.
b. Kehendak hidup bermakna
Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna. Ini berbeda dengan psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan, atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan.
c. Makna hidup
Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang.
2. Unsur-unsur Terapi
Logoterapi menganggap sikap bertanggung jawab sebagai esensi dasar kehidupan manusia. Dengan menyatakan bahwa manusia bertanggung jawab dan harus mewujudkan berbagai potensi makna hidup, Frankl menekankan bahwa makna hidup yang sebenarnya harus ditemukan dalam realitas, bukan hanya didalam batin atau jiwa manusia. Mengenai hal ini Frankl menggunakan istilah the self trancedence of human existence (transedensi diri dalam keberadaan manusia). Ia menggarisbawahi fakta bahwa manusia selalu menuju dan dituntun menuju kepada sesuatu atau seseorang di luar dirinya.
Semakin besar kemampuan orang tersebut melupakan dirinya, dengan berserah diri dan mengabdi pada sebuah tujuan atau dengan mencintai orang lain, semakin manusiawi orang tersebut, dan semakin besar ia mengaktualisasi diri atau mewujudkan dirinya. Logoterapi dilandasi keyakinan bahwa manusia memiliki kapasitas untuk mengubah aspek-aspek hidup yang negatif menjadi sesuatu yang positif atau konstruktif. Yang paling penting adalah memanfaatkan yang terbaik (optimum) dari setiap situasi. Dengan optimism tersebut, dalam bentuk yang terbaik memungkinkan manusia untuk: (1) mengubah penderitaan menjadi keberhasilan dan sukses; (2) mengubah rasa bersalah menjadi kesempatan untuk mengubah diri sendiri ke arah yang lebih baik; (3) mengubah ketidakkekalan hidup menjadi dorongan untuk bertindak dengan penuh tanggungjawab.
3. Teknik-teknik Terapi
Frankl dengan logoterapinya tidak hanya menyumbang teori, tetapi juga teknik-teknik terapi yang khusus kepada dunia psikoterapi. Teknik-teknik logoterapi yang terkenal adalah intensi paradoksikal, derefleksi, dan bimbingan rohani.
Intensi paradoksikal. Teknik di mana pasien diajak melakukan sesuatu yang paradox dengan sikap pasien terhadap situasi yang dialami tersebut teknik intensi paradoksikal , yakni teknik mendekati dan mengejek sesuatu (gejala) dan bukan menghindari atau melawannya. Teknik pada dasarnya bertujuan lebih daripada perubahan pola=pola tingkaj laku. Lebih baik dikatakan suatu reorientasi eksistensial. Itulah logoterapi dalam arti sesungguhnya dan menurut logoterapi disebut antagonism psikonoetik yang mengacu pada kapasitas manusia untuk melepaskan atau memisahkan dirinya tidak hanya dari dunia, tetapi juga dari dirinya sendiri.

Sumber:
LSPR. (2010). Beyond borders: communication modernity & history. Jakarta: STIKOM LSPR.
Widyarini, Nilam. (2009). Kunci pengembangan diri. Jakarta: Tabloid Gaya Hidup Sehat
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan mental 1. Yogyakarta: KASINUS.

Saturday, April 11, 2015

Tugas Psikoterapi (3C)

1. Konsep dasar pandangan Carl Rogers tentang perilaku/kepribadian
Pada tahun-tahun awal, pendekatan yang dilakukan Rogers dikenal sebagai “nondirective”, istilah tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan namanya dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, pendekatan tersebut memakai beragam istilah, antara lain pendekatan “yang berpusat pada klien” (client-centered), “yang berpusat pada kelompok (group-centered), dan “person-to-person”. Kita menggunakan penamaan yang berpusat pada klien untuk merujuk terapi Rogers dan istilah yang lebih luas, yaitu person-centered untuk merujuk pada teori kepribadian Rogers.
- Kecenderungan formatif
Rogers yakin bahwa terdapat kecenderungan dari setiap hal, baik organic maupun non-organik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks. Untuk alam semesta, terjadi proses kreatif, dan bukan oproses disintegrasi. Rogers menyebut proses ini sebagai kecenderungan formatif dan banyak mengambil contoh-contoh dari alam. Sebagai contoh, galaksi bintang yang kompleks terbentuk dari massa yang kurang terorganisasi dengan baik.
- Kecenderungan Aktualisasi
Asumsi yang saling berkaitan dan relevan adalah kecenderungan aktualisasi, atau kecenderungan setiap manusia (selain hewan dan tumbuhan) untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi. Kecenderungan ini meruakan satu-satunya motif yang dimiliki oleh manusia. Kebutuhan untuk memuaskan dorongan lapar, untuk mengekspresikan emosi mendalam yang mereka rasakan, dan untuk menerima diri seseorang adalah contoh-contoh dari satu motif aktualisasi. Aktualisasi meliputi keseluruhan bagian manusia-fisiologis dan intelektual, rasional dan emosional, kesadaran dan ketidaksadaran
2. Unsur-unsur Terapi
Pendekatan humanistik Rogers terhadap terapi person centered therapy membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien. Fokus dari terapi ini adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan-perasaan yang diungkapkan pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan-perasaannya yang lebih dalam dan bagian-bagian dari dirinya yang tidak diakui karena tidak diterima oleh masyarakat. Untuk memahami dengan baik terapi person-centered, maka penting sekali kalau orang memahami istilah-istilah tertentu yang selalu digunakan Rogers. Terapi person-centered bersandar pada asumsi bahwa setiap orang memiliki motif aktualisasi-diri. Motif ini didefinisikan sebagai kecenderungan yang lekat pada semua orang (dan pada semua organisme) untuk mengembangkan kapasitas-kapasitasnya dalam cara-caranya yang berfungsi untuk mempertahankan atau meningkatkan orang itu. Jika motif diasumsikan ini tidak ada, maka fokus terapi person-centered pada non-directive akan menjadi persoalan (patut diragukan). Rogers berpendapat bahwa seorang terapis tidak boleh membuat sugesti-sugesti atau penafsiran-penafsiran dalam terapi karena dalam pandangannya motif aktualisasi akan menuntun pasien dengan sangat baik. Jika motif ini tidak ada, maka tidak ada alasan bagi terapis untuk menjadi non-directive.
3. Teknik-teknik Terapi
Person-Centered Therapy
Terapi ini disebut juga client-centered therapy (terapi yang berpusat pada pasien) atau terapi nondirektif. Teknik ini pada awalnya hanya dipakai oleh Carl Rogers (1902-1987) pada tahun 1942. Sejak itu banyak prinsip Rogers yang dipakai dalam terapi diterima secara luas. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Dalam pandangan Rogers, gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi-diri. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata-kata apa yang diungkapkan pasien tanpa memberi penilaian. Rogers menyatakan bahwa pasien akan mengadakan respons jika: (1) Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri; (2) Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiiki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya ke arah kematangan (kedewasaan) serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri; (3) Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh di mana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya; (4) Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap (misalnya pasien mungkin mengungkapkan keinginannya untuk memperpanjang pertemuan melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi terapis tetap mempertahankan jadwal semula; (5) Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan perasaan-perasaan pasien; serta (6) Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, menasihatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali.

Sumber:
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan mental 1. Yogyakarta: KASINUS.

Tugas Psikoterapi (3B)

1.      Konsep dasar pandangan Humanistik-Eksistensial
Untuk banyak orang, pandangan humanistik-eksistensial sangat bersifat intuitif dan mengemukakan pandangan yang jauh lebih positif tentang manusia dibandingkan dengan pandangan-pandangan lain. Tetapi, para kritikus mengemukakan bahwa pendekatan humanistic-eksistensial memiliki dua masalah yang sangat penting. Masalah pertama adalah banyak dari konsepnya yang sangat penting, seperti aktualisasi diri, tidak jelas, dan tidak dapat diukur. Karena konsep-konsepnya tidak dapat diukur, maka teori tersebut tidak dapat diuji, dan suatu teori yang tidak dapat diuji bernilai terbatas. Tetapi, para humanis dan eksistensialis tidak terusik oleh adanya bukti ilmiah karena pengalaman pribadi mereka sendiri meneguhkan teori tersebut.
Masalah kedua adalah para ahli teori humanistic-eksistensial tidak mengembangkan suatu teori yang luas tentang tingkah laku abnormal. Banyak perhatian mereka dipusatkan pada kecemasan umum atau depresi yang dialami oleh orang-orang yang relatif normal tetapi mereka tidak secara sistematis berbicara mengenai gangguan-gangguan yang spesifik atau gangguan-gangguan yang lebih berat. 
Pandangan humanistic-eksistensial perlu diketahui karena pandangan tersebut berlawanan atau bertolak-belakang dengan pandangan-pandangan lain. Tetapi karena pandangan humanistic-eksistensial tidak diterapkan dalam sejumlah tingkah laku abnormal dan tidak pernah diuji secara empiris, maka dalam uraian selanjutnya perhatian terhadap pandangan ini adalah kurang dibandingkan dengan pandangan-pandangan lain.
2.      Unsur-unsur Terapi
Tujuan terapi humanistik-eksistensial adalah membantu penderita supaya ia memperoleh atau menemukan kemanusiaannya yang hilang. Dengan kata lain, terapis eksistensial-humanistik membantu memperluas kesadaran dari penderita, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya yakni menjadi bebas dan bertanggungjawab terhadap arah hidupnya sendiri.
Peran terapis adalah membantu penderita agar ia menyadari keberadaannya di dunia ini.
3.      Teknik-teknik Terapi

Terapi-terapi psikodinamik cenderung memusatkan perhatian pada proses-proses tak sadar, seperti konflik-konflik internal yang terletak di luar kesadaran. Sebaliknya, terapi-terapi humanistik-eksistensial memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaan sadar. Terapi-terapi humanistik-eksistensial juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa masa sekarang “di sini dan kini” dan bukan pada masa lampau. Tetapi, ada juga kesamaan-kesamaan antara terapi-terapi psikodinamik dan terapi-terapi humanistik-eksistensial, yakni kedua-duanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan perasaan-perasaan individu sekarang, dan kedua-duanya juga berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran diri pasien.

Sumber:
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius

Psikoterapi (Tugas 3A)

  1. Konsep dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian
Bagian utama teori psikoanalitik adalah Freud merupakan orang pertama yang memetakan alam bawah sadar manusia.
Kesadaran berupa sikap-sikap, perasaan-perasaan, dan pikiran-pikiran yang ditekan, serta tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik-kalau dapat-ke alam sadar, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Keprasadaran adalah kenangan-kenangan yang dapat diingat kembali, meskipun agak sulit; sedangkan kesadaran adalah tingkat pemikiran dan perbuatan yang nyata di mana bahanya mudah diingat kembali dan diterapkan bagi tuntutan-tuntutan lingkungan. Baik bahan sadar maupun bahan prasadar sesuai dengan – dan responsif – terhadap kenyataan.
Ketidaksadaran adalah dorongan-dorongan, keinginan-keinginan, sikap-sikap, perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, atau insting-insting yang tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik-kalau dapat-ke dalam kesadaran, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dapat dibatasi oleh waktu dan tempat. Ketidaksadaran memotivasi sebagaian besar kata-kata, perasaan, dan tindakan manusia. Karena ketidaksadaran tidak mudah disadari.
Tingkat pikiran prasadar berisi semua elemen yang tak sadar, tetapi dapat dengan mudah disadari. Isi keprasadaran berasal dari dua sumber, yakni persepsi sadar dan ketidaksadaran. Dalam persepsi sadar apa yang dipersepsikan seseorang adalah sadar hanya untuk sementara waktu, tetapi kemudian cepat memasuki keprasadaran bila pusat perhatian beralih ke pikiran lain. Dalam sumber kedua yakni ketidaksadaran, pikiran-pikiran dapat menerobos penyensur yang selalu waspada dan memasuki keprasadarna, sekalipun dalam bentuk tersamar.
Alam sadar yang memainkan peran yang relatif kecil dalam teori psikoanalitik dapat didefinisikan sebagai elemen-elemen mental dalam kesadaran pada saat tertentu. Kesadaran merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Pikiran-pikiran dapat mencapai kesadaran dari dua arah yang berbeda.
A.    Pandangan Freud tentang Struktur Kepribadian
Tubuh kita mempunyai struktur tertentu: ada kepala, kaki, lengan, dan batang tubuh. Psike kita juga mempunyai struktur, walaupun tentu tidak terdiri dari bagian-bagian dalam ruang. Struktur psikis manusia menurut Freud meliputi tiga instansi atau tiga sistem yang berbeda-beda. Ketiga instansi masing-masing adalah Id, Ego, Superego. Superego itu berhubungan erat dengan apa yang kita sebut dalam etika dengan nama “hati nurani”. Tapi supaya hubungan itu daoat dimengerti, perlu lebih dulu dijelaskan tenang ketiga instansi itu, satu demi satu.
Selanjutnya menurut Freud kepribadian terdiri dari Id, Ego, Superego. Id merupakan bagian primitif dari kepribadian. Id mengandung insting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan satisfaction dengan segera tanpa memperhatikan realitas yang ada, sehingga oleh Freud disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle). Ego disebut prinsip realitas (reality principle). Ego menyesuaikan diri dengan realitas. Sedangkan superego merupakan prinsip moral (morality principle), yaitu mengontrol perilaku dari segi moral.

B.     Mekanisme Pertahanan
Freud adalah orang pertama yang mengurakan mekanisme pertahanan pada 1926. Mekanisme pertahanan utama yang diidentifikasikan Freud adalah represi, pembentukan reaksi, pemindahan dan sublimasi, fiksasi, regresi, proyeksi, dan introyeksi.
·         Represi
Mekanisme yang sangat mendasar adalah represi, dan dikatakan mendasar karena mekanisme ini juga terlibat dalam mekanisme-mekanisme lainya. Bila impuls-ilmpuls dari id begitu mengancam, maka kecemasan akan menjadi semakin hebat sampai kepada titik di mana ego tidak dapat lagi menahannya. Untuk melindungi dirinya sendiri, ego mempresepsikan insting itu, yakni ia memaksa perasaan yang tidak dikehendaki iu untuk masuk ke dalam ketidaksadaran. Dalam banyak hal represi digunakan terus selama hidup. Misalnya, seorang perempuan mungkin mempresepsikan permusuhannya terhadap adik perempuannya atau anak laki-laki mungkin mempersepsikan perasaan seksualnya terhadap ibunya karena impuls-impuls ini menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
·         Pembentukan reaksi
Salah satu cara dari dorongan yang dipersepsikan memperlihatkan dirinya adalah menggunakan penyamaran yang langsung berlawanan dengan bentuk aslinya, mekanisme itu disebut pembentukan reaksi. Tingkah laku reaktif dapat diidentifikasikan oleh sifatnya yang berlebih-lebihan dan oleh sifatnya yang berlebih-lebihan dan oleh bentuknya yang obsesif dan kompulsif. Contohnya pembentukan reaksi dapat dilihat dalam seorang perempuan yang sangat marah  dan benci terhadap ibunya. Karena ia mengetahui bahwa masyarakat menuntut cinta kepada orang tua, maka kemarahan dan kebencian terhadap ibunya itu akan menyebabkan dia terlalu cemas. Untuk menghindari kecemasan yang menyakitkan itu, anak perempuan tersebut memusatkan perhatian pada dorongan yang berlawanan, yakni cinta. Akan tetapi, cinta kepada ibunya bukan cinta sejati.
·         Proyeksi
Karena superego melarang seseorang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap orang lain, maka ia berbuat seolah-olah orang lain yang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap dirinya. Misalnya, A membenci B, tetapi super ego melarang A membenci B (misalnya karena B adalah mertuanya), maka A mengatakan bahwa B yang membenci dia.
·         Penempatan yang Keliru (Displacement)
Jika seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan terhadap orang lain karena hambatan dari superego, maka ia akan melampiaskan perasaan tersebut kepada pihak ketiga. Misalnya, A tidak senang karena dimarahi B, tetapi A tidak dapat marah kembali kepada B, karena B adalah atasannya. Maka kemarahannya dilampiaskan kepada bawahannya (kepada C).
·         Supresi (Supression)
Supresi adalah upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dengan super ego ke dalam ketidaksadarannya. Berbeda dari represi, dalam supresi hal yang ditekan atau disupresi adalah hal-hal yang timbul dari ketidaksadarannya sendiri dan belum pernah muncul dalam kesadaran. Misalnya, dorongan seksual dari anak laki-laki terhadap ibunya (dorongan Oedipoes Complex) yang menurut Freud terdapat pada setiap anak, biasanya tidak muncul dalam kesadaran karena bertentangan dengan super ego atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Karena itu biasanya anak menekan (mensupresi) ke dalam ketidaksadarannya.
·         Pemindahan dan Sublimasi
Penjelasan tentang kedua mekanisme telah dibahas dalam uraian sebelumnya. Hanya perlu disinggung di sini bahwa dalam pandangan Freud pembentukan reaksi terbatas hanya pada satu objek. Misalnya, orang dengan cinta reaktif mencurahkan cinta hanya kepada orang yang dibencinya secara tak sadar. Ia tidak menggeneralisasikan cinta tersebut kepada orang-orang lain. Akan tetapi, dalam mekanisme pemindahan, orang dapat mengalihkan dorongan-dorongannya yang tidak dapat diterima itu kepada bermacam-macam objek atau orang sehingga dorongan asli disamarkan atau disembunyikan. Misalnya, seorang perempuan yang marah kepada teman sekamarnya mungkin memindahkan kemarahannya itu kepada karyawannya, kucing kesayangannya, atau binatang sumpalan. Ia tetap ramah kepada teman sekamarnya, tetapi tidak seperti cara kerja pembentukan reaksi, ia tidak melebih-lebihkan kemarahannya itu.
·         Kompensasi (Compensation)
Untuk menutupi kegagalannya dalam suatu bidang kelemahan atau dari bagian/organ fisiknya, ia membuat prestasi yang tinggi dalam budang tersebut yang berkaitan dengan organ fisiknya. Dengan demikian egonya terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri. Misalnya, seorang mahasiswi yang tidak cantik sehingga kurang berhasil menarik perhatian dari mahasiswa-mahasiswa teman kuliahnya, kemudian ia belajar tekun sekali sehingga mempunyai prestasi belajar yang tinggi. Walaupun ia gagal menarik perhatian dari teman-teman prianya mengagumi kepandaiannya.
·         Regresi (Regression)
Untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap egonya, individu mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah misalnya kembali pada masa kanak-kanak. Misalnya, anak yang sudah dewasa tetapi masih kencing dalam celana (ngompol). Ngompol adalah perilaku dalam masa kanak-kanak, padahal ia sudah dewasa.

  1. Unsur-unsur Terapi
Tujuan psikoanalisis adalah memperkuat ego, membuatnya lebih independen dari supergego, memperlebar medan persepsinya, memperluas organisasinya sehingga ia dapat memiliki bagian-bagian yang segar dari id. Freud meringkaskan tujuan psikoterapi dengan berkata. “di mana ada id, di situ ada ego”. Maksudnya adalah psikoanalisis dapat membantu memancarkan terang kesadaran (yang diwakilkan oleh ego sadar) pada pekerjaan-pekerjaan id. Namun freud tidak mengharapkan dan juga tidak bertujuan bahwa klien harus berusaha menyadari semua bahan yang direpresikan semua impuls, hasrat, ketakutan, dan ingatan. Tujuannya adalah hanya untuk menggantikan tingkah laku defensif dengan tingkah laku yang lebih adaptif, dengan berbuat demikian, klien dapat menemukan kepuasan tanpa menghukum dirinya sendiri atau orang lain.
Peran terapis, terapis pada umumnya duduk berhadapan dengan klien. Hal ini, berbeda dengan pendekatan psikonalisis tradisional di mana terapis (psikoanalis) duduk di belakang klien yang berbaring di depan sambil berasosiasi bebas atau menceritakan mimpi-mimpinya. Juga, lebih sering dilakukan percakapan dibandingkan dengan terapi psikoanalisis tradisional.

  1. Teknik-teknik Terapi
Metode yang digunakan Sigmund Freud dalam psikoterapi terkenal dengan nama psikoanalisis. Di dalam ruang praktiknya Freud menggunakan teknik-teknik tertentu seperti analisis mimpi dan teknik asosiasi bebas. Teknik asosiasi bebas adalah pasien diminta mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaannya secara bebas, dalam keadaan rileks, berbaring.
Dalam tahapan psikoanalisis, terdapat salah satu tahapan yang disebut transferens (transference), yaitu perasaan dan sikap-sikap pasien terhadap orang-orang di luar psikoanalisis yang muncul kembali dalam hubungan pasien dengan analisis (pemberi terapi). Transferens dapat positif atau negatif. Transferens positif terjadi bila yang muncul adalah emosi-emosi semacam afeksi dan ketergantungan. Transferens negatif terjadi jika yang muncul adalah emosi-emosi semacam kemarahan.

Menurut Freud, transferens ini, baik positif maupun negatif, dapat bermanfaat. Jika terjadi transferens, analisis dapat menginterpretasikan dan mengembangkan analisisnya berdasarkan transferens yang terjadi. Analisis mimpi adalah pasien diminta berbaring santai di atas dipan dan diminta mengungkapkan apa saja yang melintas di benaknya, dan juga diminta menceritakan mimpi-mimpinya. Freud menemukan bahwa jika diberi kondisi yang tepat, maka si pasien akan segera memulai berbicara tentang kenangan-kenangan atas berbagai pengalaman di awal masa kanak-kanak nya dan kenangan-kenangan ini, bersama hasil interpretasi mimpi-mimpinya, akan memberikan kepada sang terapis pemahaman tentang kepribadian pasien serta bagaimana kepribadian itu berkembang. Dengan mengurangi rasa bersalahnya dan denan menumbuhkan kemampuannya untuk mengarahkan kembali atau mensublimasikan hasratnya yang ditekan itu, si pasien diharapkan dapat mengatasi gangguan mentalnya.

Sumber:
A.M. Heru Basuki (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma. 
Semiun, Yustinus. (2006). Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik freud. Yogyakarta: KANISIUS
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius

Tuesday, March 24, 2015

Psikoterapi (Tugas 2)

Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
Konseling dan Psikoterapi memiliki persamaan dan perbdedaan serta mempunyai ketertarikan satu dengan lainnya. Perbedaan antara keduanya tidak bisa dibuat secara jelas, akan tetapi banyak hal-hal yang dilakukan oleh konselor juga dilakukan oleh psikoterapis, dan hal-hal yang merupakan praktik psikoterapis juga dilakukan oleh konselor. Sekedar gambaran perbedaan adalah sebagai berikut:
1.      Konseling umumnya berkenaan dengan orang-orang yang tergolong normal, sedangkan psikoterapi terutama berkenaan dengan orang-orang yang mendapat gangguan psikis.
2.      Konseling lebih bersifat edukatif, suportif, berorientasi kesadaran, dan jangka pendek. Sedangkan psikoterapi lebih bersifat rekonstruktif, kontrontif, berorientasi ketidaksadaran dan jangka panjang.
3.      Konseling lebih terstruktur dan terarah kepada tujuan-tujuan yang lebih terbatas dan kongkrit. Sedangkan psikoterapi lebih luas dan mengarah kepada tujuan yang lebih jauh.

Bentuk-bentuk utama dalam Terapi
            Berikut ini adalah bentuk-bentuk utama dari terapi:
-          Terapi Psikoanalitik
Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan resolusi dan integrasi fase-fase perkembangan psikoseksual yang berhasil. Perkembangan kepribadian yang gagal merupakan akibat dari resolusi sejumlah fase perkembangan psikoseksual yang tidak memadai. id, ego, dan superego membentuk dasar bagi struktur kepribadian. Kecemasan adalah akibat perepresian konflik-konflik dasar. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Proses-proses tak dasar berkaitan erat dengan tingkah laku yang muncul sekarang.
-          Terapi Eksistensial-Humanistik
Pada dasarnya merupakan suatu pendekatan terhadap konseling dan terapi alih-alih suatu model teoritis tetap. Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing indvidu. Kesadaran diri berkembang sejak bayi. Determinasi diri dan kecenderungan ke arah pertumbuhan adalah gagasan-gagasan sentral. Psikopatologi adalah akibat dari kegagalan dalam mengaktualkan potensi. Pembedaan-pembedaan dibuat antara “rasa bersalah eksistenial” dan “rasa bersalah neurotik” dan “kecemasan neurotik”. Berfokus pada saat sekarang dan pada menjadi apa seseorang itu; yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Ia menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Ia adalah terapi eksperiensial.
-          Terapi Client-Centered
Klien memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas masalah-masalahnya serta  cara-cara mengatasinya. Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan klien untuk mengarahkan dirinya sendiri. Kesehatan mental adalah keselarasan antara diri ideal dan diri real. Maladjustment adalah akibat dari kesenjangan antara diri ideal dan diri real. Berfokus pada saat sekarang serta pada mengalami dan mengekspresikan perasaan-perasaan.
-          Terapi Gestalt
Berfokus pada apa dan bagaimana mengalami di sini dan sekarang untuk membantu klien agar menerima polaritas-polaritas dirinya. Konsep-konsep utama mencakup tanggung jawab pribadi, urusan yang tak selesai, penghindaran, mengalami dan menyadari saat sekarang. Ia adalah terapi eksperiensial yang menekankan perasaan-perasaan dan pengaruh-pengaruh urusan yang tak selesai terhadap perkembangan kepribadian sekarang.
-          Analisis Transaksional
Berfokus pada permainan-permainan yang dimainkan untuk menghindari keakraban dalam transaksi-transaksi. Kepribadian terdiri aras ego Orangtua, ego Orang Dewasa, dan ego Anak. Klien diajari untuk menyadari ego mana yang berperan dalam transaksi-transaksi yang dijalankan. Permainan, penipuan, putusan-putusan dini, skenario kehidupan, dan internalisasi perintah-perintah adalah konsep-konsep utama.
-          Terapi Tingkah Laku
Berfokus pada tingkah laku yang tampak, ketepatan dalam menyusun tujuan-tujuan treatment, pengembangan rencana-rencana treatment yang spesifik, dan evaluasi objektif atas hasil-hasil terapi. Terapi belandaskan prinsip-prinsip teori belajar. Tingkah laku yang normal dipelajari melalui perkuatan dan peniruan. Tingkah laku yang abnormal adalah akibat dari belajar yang keliru. Ia menekankan tingkah laku sekarang dan hanya memberkan sedikit perhatian kepada sejarah masa lampau dan sumber-sumber gangguan.
-          Terapi Rasional-Emotif
Neurosis adalah pemikiran dan tingkah laku irasional. Gangguan=gangguan emosional berakar pada masa kanak-kanak, terapi dikekalan melalui reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah emosional. Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesahihan keyakinan-keyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
-          Terapi Realitas
Pendekatan ini menolak modal medis dan konsep tentang penyakit mental. Berfokus pada apa yang bisa dilakukan sekarang, dan menolak pada lampau sebagai variabel utama. Pertimbangan nilai dan tanggung jawab moral ditekankan. Kesehatan mental sama dengan penerimaan atas tanggung jawab.

Daftar Pustaka:
Corey, Gerald. (2009). Teori praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Surya, Prof. DR. H. Mohamad. (2003). Psikologi konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy