Thursday, January 3, 2013

Manusia dan Kegelisahan


A.    PENGERTIAN KEGELISAHAN
            Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejalan tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan mundar-mandir dalam rauang tertentu sambil menundukkan kepala; memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangannya; duduk termenung sambil memegang kepala; duduk dengan wajah murung atau sayu, malas bicara; dan lain-lain.
Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan, kekhawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
  
B.     Kegelisahan yang dialami manusia pada tingkat tertentu
Saya akan mengambil contoh remaja berumur 17 tahun ke atas yang pasti akan merasakan kegelisahan dalam menghadapi ujian masuk Universitas dan kegelisahan mereka pada saat memilih jurusan yang mereka inginkan.
Selain mengalami kegelisahan menghadapi ujian-ujian yang ada. Calon mahasiswa juga akan menghadapi masa gelisah yang luar biasa, tertekan, dan terbebani. Calon mahasiswa dituntut untuk memilih jurusan yang diminati, dan akan sangat fatal apabila salah memilih jurusan. Kadang, ada orangtua yang menekan anaknya untuk mengambil jurusan yang orangtua mereka inginkan, bukan benar-benar diinginkan oleh anaknya. Misalnya, orangtua anak tersebut menginginkan anaknya menjadi dokter, padahal anaknya ingin menjadi arsitek. Orangtua anak tersebut menekan anaknya terus menerus agar menjadi dokter. Di sana pasti anak tersebut akan mengalami kegelisahan yang luar biasa ketika dipaksa untuk menjadi sesuatu yang sama sekali tidak anak tersebut inginkan. Karena apabila dipaksakan hasilnya tidak baik, sama saja orangtua memaksa anaknya untuk menjadi orang lain, bukan diri sendiri. Akibatnya pun anak akan gelisah, stress karena bingung, dan mungkin akan berontak dan terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan.
Saya sendiri merasakan saat kegelisahan pada saat ujian. saya akan membahas fase-fase yang saya alami sendiri satu persatu:
1.      Ujian Nasional (UN)
UN pada tingkatan SD dan SMP memang sangat penting dan harus mendapatkan nilai dan rata rata yang tinggi jika ingin masuk ke sekolah favorit yang banyak diminati. Tetapi nilai UN pada tingkatan SMA, tidak berpengaruh pada kebanyakan universitas. Hampir semua universitas terbaik&terfavorit di Indonesia mengandalkan SNMPTN yang akan saya bahas difase selanjutnya, UN bisa dibilang hanya tiket untuk bisa SNMPTN, jika tidak lulus UN maka jangan harap bisa mengikuti SNMPTN. Kegelisahan ini terjadi ketika kami takut apabila tidak lulus UN, karena tidak akan bisa SNMPTN. Ditambah juga dengan banyaknya paket yang beraneka ragam. Samping kanan, kiri, depan, belakang, pasti akan mendapatkan pertanyaan yang berbeda-beda. Menurut saya itu termasuk kegelisahan dalam menghadapi UN.
2.      Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
SNMPTN menurut saya titik yang paling membuat calon-calon mahasiswa gelisah. Mengapa? Karena di sini lah persaingan dimulai. Kalau UN lulus, itu sudah cukup, tidak perlu berlomba-lomba. Tetapi berbeda dengan SNMPTN, SNMPTN itu seperti berebut bangku kosong untuk mendapatkan Universitas yang diinginkan, dan itu sulit, tentu saja tidak mudah karena bersaing dengan seluruh calon mahasiswa se-Indonesia. Saya yakin, semua calon mahasiswa pada saat SNMPTN akan merasa terbebani dan gelisah, takut apabila tidak lulus di Universitas yang diinginkan. Belum lagi tekanan dari banyak pihak.
Sumber:
                  Nugroho, Widyo. Ilmu Budaya Dasar. Universitas Gunadarma. Jakarta. 1994

No comments:

Post a Comment