Saturday, December 15, 2012

Manusia dan Penderitaan



A.     Pengertian Penderitaan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan dan menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir, batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum  tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awa untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya.

B.   Hal-hal yang dialami manusia menghadapi era teknologi

Saat ini masyarakat Indonesia mengalami krisis moral sehingga, mereka berpikir pendek, tidak menghargai perbedaan, sangat labil emosinya dan malas. Hal ini terjadi dikarenakan masyarakat sulit menyaring informasi dari media TV, Internet, dan lain-lain. Informasi yang baik dan buruk mereka terima begitu saja dan diaplikasikan di kehidupan mereka.
Akibat adanya gobalisasi pada teknologi terdaat dampak buruk dan baik sehingga kita peru berhati-hati. Kita perlu waspada terhadap informasi yang kita terima. Tidak semua informasi harus diterima begitu saja dan dilakukan dalam kehidupan.

C.   Dampak era teknologi atau komputerisasi terhadap anak-anak dan remaja
Perubahan zaman dan kemajuan teknologi ternyata membawa dampak negatif di kalangan sebagian remaja di Indonesia, bila mereka tidak siap menghadapinya. Remaja yang dimaksud di sini adalah kebanyakan mereka yang masih dalam tahap belajar di tingkat SMP dan SMA. Perubahan zaman di sini dilihat dari segi pakaian yang sudah mulai meniru budaya asing, tapi sebenarnya tidak masalah asal kita bisa mnyesuaikan situasi dan lingkungan kita berada agar tidak terkesan ketinggalan zaman dari teman-teman lainnya. Pakaian sederhana, menarik, dan sopan itu lebih cukup tidak perlu mahal.
Di zaman Globalisasi ini sudah banyak teknologi yang kita ketahui dan fungsinya. Bahkan mulai kebanyakan orangtua menggelengkan kepala, karena perkembangan teknologi beserta pengaruhnya itu dan mereka juga beranggapan khawatir dengan anaknya, karena semakin canggihnya teknologi yang sejarang ada. Memang seperti itulah yang terjadi sekarang ini, kemajuan-kemajuan yang sangat pesat.
Di mulai dari handphone sampai dengan internet dapat kita peroleh. Internetpun dapat kita jumpai kapanpun, dimanapun, siapapun dan itu dapat kita nikmati dengan mudahnya. Tidak perlu bingung dan susah menggunakan internet, cukup ke warung internet saja / tempat penyewaan internet yang sudah banyak kita temukan di mana-mana, meskipun dipelosok-pelosok. Seolah-olah teknologi sudah menguasai kita ataupun sebaliknya kita yang sudah menguasai teknologi.
Dengan uang beberapa ribu saja, semuanya tentang dunia akan kita ketahui, dari mulai berita, sejarah, dan perkembangan dunia saat ini serta masih banyak lagi. Kehadiran teknologi canggih ini dapat membuat pengaruh besar terhadap kehidupan.
Di saat perkembangan sangat pesat, anak-anak kecil sdah pandai dengan barang yang selalu ia bawa yaitu handphone. Bahkan handphone tersebut lebih canggih dari milik orangtuanya, dan ini menjadi permasalahan yang serius bagi anak-anak. Karena dengan handphone yang secanggih itu, bahkan lebih canggih dari milik orang tuanya, maka akan banyak fitur-fitur dan menu dari internet yang bisa digunakan didalam handphone tersebut dan itu belum pernah kita ketahui, karena itu perlu pengawasan yang baik.
Hal yang mengkhawatirkan bagi orangtua adalah jika tidak tahu apa yang sedang dilakukan sang anak, mereka mungkin saja mendownload hal-hal yang menurut kita tidak wajar dan tidak sopan, itu dapat mempengaruhi pikiran mereka dengan barang yang secanggih ini.
Dari pesatnya perkembangan teknologi tersebut, sudah suatu hal yang tidak lazim lagi bagi kita. Teknologi memang selalu akan maju dengan cepat, sesuatu yang seharusnya kita hadapi, sehingga tidak menimbulkan efek negatif. Di saat majunya teknologi handphone, masih banyak lagi teknologi yang berkembang pesat. Dan yang perlu kita cemaskan adalah tayangan TV, apalagi acara-acara tersebut dimulai pada saat jam belajar anak-anak sekolah, itu dapat membuat malas sang anak untuk belajar. Dengan tontonan yang diperlihatkan kepada anak-anak, sangat jauh dari sikap untuk dicontoh. Akhirnya, anak-anak sekarang banyak yang mengikuti gaya, trend, mode sekarang.
Tentunya, bagi orangtua harus bisa tahu apa yang dikerjakan anak-anaknya. Sebenarnya, fenomena tentang perkembangan teknologi ini hanya dilihat dari sisi negatifnya saja. Memang ada sisi positifnya, yaitu kemajuan kecerdasan otak anak akan mengalami kemajuan dan menghasilkan energi-energi positif bagi anak tersebut.
Seharusnya peran orangtua yang sangat berarti bagi anak-anaknya, selain guru yang mendidik anak tersebut, sehingga menjadi pribadi yang tangguh. Karena anak akan kelak menjadi generasi penerus bangsa, untuk itulah perlu bimbingan yang baik dari orangtua dan harus menjaga komunikasi secara terus menerus. Perhatian yang lebih sangat dibutuhkan oleh anak misalkan waktu untuk belajar dan istirahat seharusnya sudah ter-manage dengan baik. Sebaiknya juga orangtua tidak menyalakan TV pada saat jam-jam belajar, itu akan mengganggu konsentrasi anak. Terkadang orangtua sangat ingin menonton acara kesukaannya ditengah anaknya yang sedang serius belajar, ini sangat tidak wajar, padahal orangtua adalah contoh bagi anaknya, disamping itu, anak sangat membutuhkan motivasi dan penyemangat orangtua untuk ia melangkah, kehadirannya sangat dibutuhkan oleh sang anak untuk menjamin hari ini dan hari esok kelak

            Sumber;
            Nugroho, Widyo. Ilmu Budaya Dasar. Universitas Gunadarma. Jakarta. 1994

No comments:

Post a Comment