Saturday, April 11, 2015

Psikoterapi (Tugas 3A)

  1. Konsep dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian
Bagian utama teori psikoanalitik adalah Freud merupakan orang pertama yang memetakan alam bawah sadar manusia.
Kesadaran berupa sikap-sikap, perasaan-perasaan, dan pikiran-pikiran yang ditekan, serta tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik-kalau dapat-ke alam sadar, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Keprasadaran adalah kenangan-kenangan yang dapat diingat kembali, meskipun agak sulit; sedangkan kesadaran adalah tingkat pemikiran dan perbuatan yang nyata di mana bahanya mudah diingat kembali dan diterapkan bagi tuntutan-tuntutan lingkungan. Baik bahan sadar maupun bahan prasadar sesuai dengan – dan responsif – terhadap kenyataan.
Ketidaksadaran adalah dorongan-dorongan, keinginan-keinginan, sikap-sikap, perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, atau insting-insting yang tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik-kalau dapat-ke dalam kesadaran, tidak terikat oleh hukum-hukum logika, dan tidak dapat dibatasi oleh waktu dan tempat. Ketidaksadaran memotivasi sebagaian besar kata-kata, perasaan, dan tindakan manusia. Karena ketidaksadaran tidak mudah disadari.
Tingkat pikiran prasadar berisi semua elemen yang tak sadar, tetapi dapat dengan mudah disadari. Isi keprasadaran berasal dari dua sumber, yakni persepsi sadar dan ketidaksadaran. Dalam persepsi sadar apa yang dipersepsikan seseorang adalah sadar hanya untuk sementara waktu, tetapi kemudian cepat memasuki keprasadaran bila pusat perhatian beralih ke pikiran lain. Dalam sumber kedua yakni ketidaksadaran, pikiran-pikiran dapat menerobos penyensur yang selalu waspada dan memasuki keprasadarna, sekalipun dalam bentuk tersamar.
Alam sadar yang memainkan peran yang relatif kecil dalam teori psikoanalitik dapat didefinisikan sebagai elemen-elemen mental dalam kesadaran pada saat tertentu. Kesadaran merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Pikiran-pikiran dapat mencapai kesadaran dari dua arah yang berbeda.
A.    Pandangan Freud tentang Struktur Kepribadian
Tubuh kita mempunyai struktur tertentu: ada kepala, kaki, lengan, dan batang tubuh. Psike kita juga mempunyai struktur, walaupun tentu tidak terdiri dari bagian-bagian dalam ruang. Struktur psikis manusia menurut Freud meliputi tiga instansi atau tiga sistem yang berbeda-beda. Ketiga instansi masing-masing adalah Id, Ego, Superego. Superego itu berhubungan erat dengan apa yang kita sebut dalam etika dengan nama “hati nurani”. Tapi supaya hubungan itu daoat dimengerti, perlu lebih dulu dijelaskan tenang ketiga instansi itu, satu demi satu.
Selanjutnya menurut Freud kepribadian terdiri dari Id, Ego, Superego. Id merupakan bagian primitif dari kepribadian. Id mengandung insting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan satisfaction dengan segera tanpa memperhatikan realitas yang ada, sehingga oleh Freud disebut prinsip kenikmatan (pleasure principle). Ego disebut prinsip realitas (reality principle). Ego menyesuaikan diri dengan realitas. Sedangkan superego merupakan prinsip moral (morality principle), yaitu mengontrol perilaku dari segi moral.

B.     Mekanisme Pertahanan
Freud adalah orang pertama yang mengurakan mekanisme pertahanan pada 1926. Mekanisme pertahanan utama yang diidentifikasikan Freud adalah represi, pembentukan reaksi, pemindahan dan sublimasi, fiksasi, regresi, proyeksi, dan introyeksi.
·         Represi
Mekanisme yang sangat mendasar adalah represi, dan dikatakan mendasar karena mekanisme ini juga terlibat dalam mekanisme-mekanisme lainya. Bila impuls-ilmpuls dari id begitu mengancam, maka kecemasan akan menjadi semakin hebat sampai kepada titik di mana ego tidak dapat lagi menahannya. Untuk melindungi dirinya sendiri, ego mempresepsikan insting itu, yakni ia memaksa perasaan yang tidak dikehendaki iu untuk masuk ke dalam ketidaksadaran. Dalam banyak hal represi digunakan terus selama hidup. Misalnya, seorang perempuan mungkin mempresepsikan permusuhannya terhadap adik perempuannya atau anak laki-laki mungkin mempersepsikan perasaan seksualnya terhadap ibunya karena impuls-impuls ini menimbulkan terlalu banyak kecemasan.
·         Pembentukan reaksi
Salah satu cara dari dorongan yang dipersepsikan memperlihatkan dirinya adalah menggunakan penyamaran yang langsung berlawanan dengan bentuk aslinya, mekanisme itu disebut pembentukan reaksi. Tingkah laku reaktif dapat diidentifikasikan oleh sifatnya yang berlebih-lebihan dan oleh sifatnya yang berlebih-lebihan dan oleh bentuknya yang obsesif dan kompulsif. Contohnya pembentukan reaksi dapat dilihat dalam seorang perempuan yang sangat marah  dan benci terhadap ibunya. Karena ia mengetahui bahwa masyarakat menuntut cinta kepada orang tua, maka kemarahan dan kebencian terhadap ibunya itu akan menyebabkan dia terlalu cemas. Untuk menghindari kecemasan yang menyakitkan itu, anak perempuan tersebut memusatkan perhatian pada dorongan yang berlawanan, yakni cinta. Akan tetapi, cinta kepada ibunya bukan cinta sejati.
·         Proyeksi
Karena superego melarang seseorang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap orang lain, maka ia berbuat seolah-olah orang lain yang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap dirinya. Misalnya, A membenci B, tetapi super ego melarang A membenci B (misalnya karena B adalah mertuanya), maka A mengatakan bahwa B yang membenci dia.
·         Penempatan yang Keliru (Displacement)
Jika seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan terhadap orang lain karena hambatan dari superego, maka ia akan melampiaskan perasaan tersebut kepada pihak ketiga. Misalnya, A tidak senang karena dimarahi B, tetapi A tidak dapat marah kembali kepada B, karena B adalah atasannya. Maka kemarahannya dilampiaskan kepada bawahannya (kepada C).
·         Supresi (Supression)
Supresi adalah upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dengan super ego ke dalam ketidaksadarannya. Berbeda dari represi, dalam supresi hal yang ditekan atau disupresi adalah hal-hal yang timbul dari ketidaksadarannya sendiri dan belum pernah muncul dalam kesadaran. Misalnya, dorongan seksual dari anak laki-laki terhadap ibunya (dorongan Oedipoes Complex) yang menurut Freud terdapat pada setiap anak, biasanya tidak muncul dalam kesadaran karena bertentangan dengan super ego atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Karena itu biasanya anak menekan (mensupresi) ke dalam ketidaksadarannya.
·         Pemindahan dan Sublimasi
Penjelasan tentang kedua mekanisme telah dibahas dalam uraian sebelumnya. Hanya perlu disinggung di sini bahwa dalam pandangan Freud pembentukan reaksi terbatas hanya pada satu objek. Misalnya, orang dengan cinta reaktif mencurahkan cinta hanya kepada orang yang dibencinya secara tak sadar. Ia tidak menggeneralisasikan cinta tersebut kepada orang-orang lain. Akan tetapi, dalam mekanisme pemindahan, orang dapat mengalihkan dorongan-dorongannya yang tidak dapat diterima itu kepada bermacam-macam objek atau orang sehingga dorongan asli disamarkan atau disembunyikan. Misalnya, seorang perempuan yang marah kepada teman sekamarnya mungkin memindahkan kemarahannya itu kepada karyawannya, kucing kesayangannya, atau binatang sumpalan. Ia tetap ramah kepada teman sekamarnya, tetapi tidak seperti cara kerja pembentukan reaksi, ia tidak melebih-lebihkan kemarahannya itu.
·         Kompensasi (Compensation)
Untuk menutupi kegagalannya dalam suatu bidang kelemahan atau dari bagian/organ fisiknya, ia membuat prestasi yang tinggi dalam budang tersebut yang berkaitan dengan organ fisiknya. Dengan demikian egonya terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri. Misalnya, seorang mahasiswi yang tidak cantik sehingga kurang berhasil menarik perhatian dari mahasiswa-mahasiswa teman kuliahnya, kemudian ia belajar tekun sekali sehingga mempunyai prestasi belajar yang tinggi. Walaupun ia gagal menarik perhatian dari teman-teman prianya mengagumi kepandaiannya.
·         Regresi (Regression)
Untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap egonya, individu mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah misalnya kembali pada masa kanak-kanak. Misalnya, anak yang sudah dewasa tetapi masih kencing dalam celana (ngompol). Ngompol adalah perilaku dalam masa kanak-kanak, padahal ia sudah dewasa.

  1. Unsur-unsur Terapi
Tujuan psikoanalisis adalah memperkuat ego, membuatnya lebih independen dari supergego, memperlebar medan persepsinya, memperluas organisasinya sehingga ia dapat memiliki bagian-bagian yang segar dari id. Freud meringkaskan tujuan psikoterapi dengan berkata. “di mana ada id, di situ ada ego”. Maksudnya adalah psikoanalisis dapat membantu memancarkan terang kesadaran (yang diwakilkan oleh ego sadar) pada pekerjaan-pekerjaan id. Namun freud tidak mengharapkan dan juga tidak bertujuan bahwa klien harus berusaha menyadari semua bahan yang direpresikan semua impuls, hasrat, ketakutan, dan ingatan. Tujuannya adalah hanya untuk menggantikan tingkah laku defensif dengan tingkah laku yang lebih adaptif, dengan berbuat demikian, klien dapat menemukan kepuasan tanpa menghukum dirinya sendiri atau orang lain.
Peran terapis, terapis pada umumnya duduk berhadapan dengan klien. Hal ini, berbeda dengan pendekatan psikonalisis tradisional di mana terapis (psikoanalis) duduk di belakang klien yang berbaring di depan sambil berasosiasi bebas atau menceritakan mimpi-mimpinya. Juga, lebih sering dilakukan percakapan dibandingkan dengan terapi psikoanalisis tradisional.

  1. Teknik-teknik Terapi
Metode yang digunakan Sigmund Freud dalam psikoterapi terkenal dengan nama psikoanalisis. Di dalam ruang praktiknya Freud menggunakan teknik-teknik tertentu seperti analisis mimpi dan teknik asosiasi bebas. Teknik asosiasi bebas adalah pasien diminta mengungkapkan pikiran-pikiran dan perasaannya secara bebas, dalam keadaan rileks, berbaring.
Dalam tahapan psikoanalisis, terdapat salah satu tahapan yang disebut transferens (transference), yaitu perasaan dan sikap-sikap pasien terhadap orang-orang di luar psikoanalisis yang muncul kembali dalam hubungan pasien dengan analisis (pemberi terapi). Transferens dapat positif atau negatif. Transferens positif terjadi bila yang muncul adalah emosi-emosi semacam afeksi dan ketergantungan. Transferens negatif terjadi jika yang muncul adalah emosi-emosi semacam kemarahan.

Menurut Freud, transferens ini, baik positif maupun negatif, dapat bermanfaat. Jika terjadi transferens, analisis dapat menginterpretasikan dan mengembangkan analisisnya berdasarkan transferens yang terjadi. Analisis mimpi adalah pasien diminta berbaring santai di atas dipan dan diminta mengungkapkan apa saja yang melintas di benaknya, dan juga diminta menceritakan mimpi-mimpinya. Freud menemukan bahwa jika diberi kondisi yang tepat, maka si pasien akan segera memulai berbicara tentang kenangan-kenangan atas berbagai pengalaman di awal masa kanak-kanak nya dan kenangan-kenangan ini, bersama hasil interpretasi mimpi-mimpinya, akan memberikan kepada sang terapis pemahaman tentang kepribadian pasien serta bagaimana kepribadian itu berkembang. Dengan mengurangi rasa bersalahnya dan denan menumbuhkan kemampuannya untuk mengarahkan kembali atau mensublimasikan hasratnya yang ditekan itu, si pasien diharapkan dapat mengatasi gangguan mentalnya.

Sumber:
A.M. Heru Basuki (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma. 
Semiun, Yustinus. (2006). Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik freud. Yogyakarta: KANISIUS
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius

No comments:

Post a Comment