Thursday, October 9, 2014

Psikologi Manajemen Tulisan 1



Fenomena perilaku didalam organisasi.
Contoh kasus:
Salah satu organisasi yang cukup terkenal di Bandung mendapatkan kepercayaan untuk mengatur pernikahan anak pejabat Negara. Tentunya seluruh anggota maupun ketua organisasi tersebut harus ikut serta dalam mensukseskan proyek ini, bukan karena ini proyek dari pejabat Negara, tetapi memang sudah menjadi kewajiban mereka harus mengerjakan tugas dengan baik.
Di pertengahan pekerjaan ini, ada salah satu anggota (sebut saja X) yang terlihat asal-asalan pada saat mengerjakan proyek. Padahal di awal, X terlihat sangat bersemangat dan sungguh-sungguh mengerjakan proyek ini. Rekan-rekan kerjanya pun merasa aneh, X berubah menjadi sensitif dan seringkali membentak rekan-rekannya sendiri, X berubah menjadi tidak bisa diajak bercanda, emosian, dan sinis kepada rekan-rekannya.
Sudah menjadi kewajiban sesama rekan untuk menanyakan apa yang terjadi dengan X, mengapa X berubah total dalam waktu beberapa hari. Tapi, X tidak mau angkat bicara sedikitpun. Akhirnya, rekan-rekannya menceritakan kepada ketua organisasi dan meminta bantuannya untuk menyelesaikan masalah ini, karena perilaku X memberikan dampak yang negatif dalam proses pengerjaan proyek ini.
Sebagai ketua organisasi, sudah seharusnya turun tangan dan perhatian kepada seluruh rekan-rekannya. Ketua organisasi mereka memanggil X dan meminta X untuk menceritakan mengapa X berperilaku seperti itu, dan apa ada masalah serius yang membuat X menjadi seperti itu. Setelah berbicara 4 mata, akhirnya ketua organisasi pun mengetahui permasalahan yang dialami X.
Jadi, kronologis ceritanya, X merupakan seorang suami dan seorang ayah dari anak-anaknya. Salah satu anak X ada yang baru saja akan menginjak Sekolah Menengah Pertama. Tentunya akan membutuhkan banyak pengeluaran, karena anaknya akan masuk SMP. Istri X terus saja menuntut X terus menerus dan menekan X agar cepat membayar sekolah anaknya secara lunas, padahal bisa dibayar dengan cara menyicil, istri X tidak mau tahu apa alasannya yang pasti anak X harus sekolah dengan pembayaran yang sudah lunas dan juga setiap X pulang kerja, selalu saja terjadi keributan di rumah hanya karena masalah sepele itu. Ternyata permasalahan pribadi terbawa hingga masalah pekerjaan, X menjadi stress dan tidak karuan ketika bekerja di kantor. 

Tanggapan saya dari kasus ini adalah, stress merupakan hal yang wajar bagi setiap umat manusia. Stressor (pembangkit stress atau faktor pencetus stress)  tidak akan pernah diketahui kapan akan munculnya. Kasus di atas tadi, stressor nya adalah istrinya sendiri. X sudah berusaha untuk memberikan pengertian kepada istrinya, tetapi istrinya bersikukuh pada keinginannya, ditambah lagi juga X mendapat tekanan pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya dan sempurna. Maka dari itu, X merasa tertekan sehingga masalah pribadi terbawa ke masalah pekerjaan, yang mungkin sebelumnya X bisa diajak bercanda, tidak mudah marah, menjadi berubah 180 derajat karena masalah yang sedang ia hadapi. Sebaiknya, X harus memberanikan diri untuk memberikan pengertian kepada istrinya agar membayar dengan dicicil saja, jangan sekaligus, jika uangnya dibayar sekaligus lunas, memang akan tenang, tetapi kebutuhan pokok yang lain akan terbengkalai. X harus berani berbicara kepada istrinya, tetapi juga melihat situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk berbicara 4 mata dengan tenang. Dan juga X harus belajar membedakan antara permasalahan pribadi dengan permasalahan di tempat kerja, jangan sampai permasalahan pribadi dibawa ke kantor atau permasalahan kantor dibawa ke rumah. X harus bisa menempatkan dirinya.

No comments:

Post a Comment