Monday, June 8, 2015

Rational Emotive Therapy

Rational Emotive Therapy
Rational Emotive Therapy atau Teraapi Emotif Rasional adalah suatu bentuk terapi kognitif yang dikembangkan oleh Albert Ellis, dirancang untuk menentang pikiran yang tidak realistis dari klien.
Rational Emotive Therapy sering disebut pendekatan konseling ABCDE
1. Konsep utama
      Berdasar atas filosofi bahwa ”apa yang menganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap persitiwa-peristiwa tersebut”.
      Percaya bahwa setiap manusia mempunyai pilihan, mampu mengontrol ide2nya, sikap, perasaan, dan tindakan2nya serta mampu menyusun kehidupannya menurut kehendak atau pilihannya sendiri.
      Didasari asumsi bahwa manusia itu dilahirkan dengan potensi rasional dan juga irasional.
      Karakteristik utama RET: aktif-direktif
2. Tujuan konseling
      Membantu klien memahami kepercayaan irasionalnya, dengan mendebat, melepaskan atau mengusirnya, dan selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif dan rasional.
3. Fungsi Konselor
      Fungsi utama konselor: menyerang, membantah, mengkonfrontasikan, atau membongkar keyakinan irrasional klien dalam rangka menunjukkan betapa tidak rasionalnya cara berpikir klien. Konselor membantu menggantinya dengan cara berpikir dalam perspektif baru yang lebih baik, positif, dan rasional, selanjutnya menguatkan dan meyakinkan akan keberhasilannya serta mendorong untuk mengimplementasikan dan meaktualisasikannya dalam kehidupan nyata.
4. Peran dan Teknik Konseling
    Klien diharapkan sepenuhnya dapat mencapai tiga pemahaman :
(1)   Peristiwa-peristiwa sebelumnya yang menyebabkan perilakunya neurotik,
(2)   Alasan-alasan yang menjadikannya ia mempertahankan ketidakbahagiannya dan mengulanginya,
(3)   Klien dapat mengalahkan gangguan emosinya dengan secara konsisten mengobservasi, menanyakan, dan menemukan sistem keyakinan dirinya.


CONTOH KASUS
Seorang sepasang kekasih bertengkar karena pihak wanita menemukan bahwa kekasihnya sedang berjalan dengan wanita lain, yang tidak lain adalah selingkuhannya. Setelah sepasang kekasih ini berdebat, bertengkar, maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang telah mereka jalani. Tetapi tidak cukup sampai di sana saja, pihak wanita merasa sakit hati karena telah dikhianati oleh mantan kekasihnya tersebut. Setelah kejadian ini, wanita tersebut tidak ingin menjalani hubungan dengan lawan jenis, baik hanya untuk berteman maupun untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, ia merasa tidak nyaman dan cemas apabila berdekatan dengan lelaki dan ia tidak ingin berbicara sedikitpun dengan lawan jenisnya, kecuali dengan keluarganya. Wanita tersebut juga memutuskan untuk tidak menikah, karena wanita tersebut menganggap semua lelaki sama saja, semua lelaki akan menyakitinya. Orangtua wanita tersebut telah mencoba mengenalkan ia dengan lelaki, tetapi ia berontak dan malah marah besar.
Akhirnya orangtua wanita tersebut membawa wanita tersebut ke konselor, meskipun awalnya wanita tersebut menolak, tetapi setelah dibujuk ia memenuhi keinginan orangtuanya.
Konselor pun membantu wanita tersebut dengan cara membahas bahwa fikiran klien tentang semua lelaki sama saja itu tidak irasional, maka konselor mencoba untuk membuka pikiran wanita tersebut agar lebih berpikir rasional, bahwa tidak semua lelaki sama saja, dan konselor pun membantu memotivasi klien untuk mengimplementasikan dan meaktualisasikannya dalam kehidupan nyata.